Lama Baca 3 Menit

Sin Po, Koran Pertama Tionghoa Berbahasa Indonesia

30 June 2021, 12:40 WIB

Sin Po, Koran Pertama Tionghoa Berbahasa Indonesia-Image-1

Ilustrasi Surat Kabar Sin Po - Image from Internet. Segala keluhan mengenai hak cipta dapat menghubungi kami


Jakarta, Bolong.id– Sin Po (新報) adalah surat kabar Tionghoa berbahasa Melayu yang terbit sejak 1910 hingga tahun 1965. Sin Po artinya surat kabar baru. Berorientasi pada nasionalisme Tiongkok, juga perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sin Po pertama kali terbit sebagai surat kabar mingguan pada Oktober 1910 di Jakarta, dan berubah menjadi surat kabar harian dua tahun kemudian. 

Pada 12 Februari 1921, Sin Po mulai menerbitkan edisi bahasa Mandarin, Sin Po Chineesche Editie. Surat kabar edisi bahasa melayu diperuntukkan bagi kaum peranakan, sedangkan edisi berbahasa Mandarin untuk golongan totok. 

Sejak Mei 1926, Sin Po telah mempelopori penggunaan kata ‘Indonesia’, untuk menggantikan kata ‘Hindia Belanda’, menggunakan kata ‘warga indonesia’ atau ‘bangsa indonesia’ untuk menggantikan kata ‘Inlander’. 

Koran-koran bumiputera juga mulai menggunakan sebutan’ Tionghoa’ untuk menggantikan kata ‘Cina’, dan menggunakan ‘Tiongkok’ untuk menyebut negara asal. 

Inisiatif ini kemudian banyak digunakan oleh surat kabar lainnya, dan menjadi lazim ditemukan di surat kabar Belanda. Sin Po juga mulai menggunakan kata ‘Bahasa Indonesia’ untuk menyebut ‘Bahasa Melayu’ setelah diproklamasikannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Selain itu, Sin Po juga merupakan satu-satunya surat kabar yang bersedia untuk menyiarkan lagu Indonesia Raya gubahan Wage Rudolf Supratman ketika media lain tidak berani memuat lagu kebangsaan Indonesia tersebut. 

Saat itu W.R Supratman mendatangi kantor Sin Po dan memainkan biola, menyanyikan larik-larik lagu tersebut. 

Namun, surat kabar ini kemudian terlibat dalam polemik karena sikap politiknya dan dianggap tidak berkontribusi terhadap pergerakan nasional. 

Sebelumnya, Sin Po sempat mengubah namanya menjadi Warta Bhakti pada 1960-an karena aturan pemerintah. Namun pada era Orde Baru, Sinpo kemudian dianggap sebagai simpatisan PKI dan terlibat dalam G30S 1965, dan dilarang terbit sejak 1 Oktober 1965. 

Kini, Sin Po dapat diakses secara digital setelah didigitalisasi oleh Monash University di Melbourne. Versi digital ini telah diluncurkan pada 25 Oktober 2018. Koleksi digital tersebut dapat diakses di https://repository.monash.edu/collections/show/117. (*)